Tuesday 8 June 2010

Makalah Pertama di FH UNS 24 Nov 09

BERKURANGNYA KEPERCAYAAN MASYARAKAT
TERHADAP KEPEMIMPINAN AKIBAT POLA
TINGKAH EGOISTIS PEMIMPIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah
Dalam kehidupan masyarakat, pemimpin merupakan suatu elemen yang sangat penting, masyarakat mendambakan pemimpin yang mampu memberikan kesejahteraan dan suasana yang kondusif. Namun pada terapannya masyarakat selalu kecewa dengan kinerja para pemimpin, entah karena kesalahan masyarakat dalam menentukan pemimpin atau sangat pandainya pemimpin mengelabuhi masyarakat. Pemimpin hanya mementingkan kesejahteraan dan kehormatannya sendiri sehingga lupa akan kewajiban-kewajiban yang harus dilaksanakan dengan baik. Para pemimpin berusaha tampil dihadapan masyarakat dengan kewibawaan atas kepemimpinan yang tidak jelas pertanggung jawabannya. Terkadang masyarakat dipermainkan dengan pola tingkah yang tampak baik, namun yang buruk tersimpan rapat demi terjaganya kedudukan mereka.
Hal inilah yang merusak citra dari seorang pemimpin yang seharusnya memberi tauladan kepada pengikutnya yaitu masyarakat. Dengan demikian kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin sedikit demi sedikit akan berkurang, hal tersebut dapat mempengaruhi kestabilan dalam kehidupan bermasyarakat karena akan merusak system yang berlaku dalam masyarakat. Maka dari itu, didalam suatu kepemimpinan diperlukan dukungan terhadap pemimpin untuk melaksanakan tugasnya, dukungan tersebut hanya bisa diperoleh bila adanya rasa kepercayaan terhadap pemimpin . kepercayaan tersebut harus dibenahi demi terciptanya suasana yang kondusif dalam masyarakat sehingga terdapat kenyamanan bagi pemimpin dan pengikutnya yakni masyarakat dalam melaksanakan perannya. Berdasarkan uraian diatas, muncul inisiatif yang melatarbelakangi penulis menyusun karya tulis yang berjudul “ Berkurangnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepemimpinan Akibat Pola Tingkah Egoistis Pemimpin ”

B. Rumusan Masalah
Adapun beberapa rumusan masalah dalam penulisan ini antara lain:
1. Apakah dampak yang terjadi bila berkurangnya kepercayaan masyarakat tehadap kepemimpinan akibat pola tingkah pemimpin yang egoistis?
2. Bagaimana solusi untuk mengatasi krisis kepercayaan masyarakat terhadap pemimpin yang selalu mengecewakan karena pola tingkahnya yang hanya mementingkan kepentingannya saja?


BAB II
KAJIAN TEORITIS

A. Teori Kepemimpinan
Kepemimpinan ( leadership ) adalah kemampuan seseorang ( yaitu pemimpin atau leader ) untuk mempengaruhi orang lain ( yaitu yang dipimpin atau pengikut-pengikutnya ) sehingga orang lain tersebut bertingkah laku sebagaiman dikehendaki pemimpin tersebut .
Menurut George Terry , Kepemimpinan adalah kegiatan untuk mempengaruhi orang lain agar mau bekerja dengan suka rela untuk mencapai tujuan kelompok.
Menurut Cyriel O'Donnell, kepemimpinan adalah mempengaruhi orang lain agar ikut serta dalam mencapai tujuan umum.
Dari dua pengertian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan terdiri atas :
1. Mempengaruhi orang lain agar mau melakukan sesuatu.
2. Memperoleh konsensus atau suatu pekerjaan.
3. Untuk mencapai tujuan manajer.
4. Untuk memperoleh manfaat bersama.
Sehingga jika dilihat pada konteks kepemimpinan hal yang saling terkait adalah adanya unsur kader penggerak, adanya peserta yang digerakkan, adanya komunikasi, adanya tujuan organisasi dan adanya manfaat yang tidak hanya dinikmati oleh sebagian anggota.

B. Sifat-Sifat Pemimpin
Peran utama setiap Pemimpin adalah mengendalikan bawahan. Kemampuan ini dituntut dari setiap Pemimpin, sebab tanpa kemampuan tersebut Pemimpin Sulit untuk melaksanakan tugas, jadi setiap Pemimpin dituntut memiliki nilai kepemimpinan yang baik. Kepemimpinan itu sifatnya Spesifik, oleh karena itu sering disebut sebagai kemampuan untuk mempengaruhi anak buah kearah tujuan organisasi atau kelompok yang telah ditetapkan. Maka dari itu dalam proses promosi seorang calon Pemimpin, nilai kepemimpinan merupakan persyaratan mutlak yang perlu mendapatkan perhatian .
Dengan memusatkan pada ciri-ciri dan gaya yang dimiliki oleh setiap pemimpin yang bersangkutan, mereka yakin akan berhasil dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya. Sehingga gaya dan ciri-ciri tersebut akan menimbulkan berbagai tipe
Ada beberapa tipe kepemimpinan.
1. Tipe Otoriter
Tipe ini mempunyai sifat-sifat:
a. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin
b. Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin
c. Segala tugas dan pelaksanaannya ditentukan oleh pemimpin .
d. Kurang ada partisipasi dari bawahan .
e. Tidak menerima kritik, saran dan pendapat bawahan .

2. Tipe Demokratis
a. Semua kebijaksanaan dan keputusan dilakukan sebagai hasil diskusi dan musyawarah .
b. Kebijaksanaan yang akan dating ditentukan melalui musyawarah dan diskusi.
c. Anggota kelompok, bebas bekerjasama dengan anggota yang lain, dan berbagai tugas diserahkan kepada kelompok .
d. Kritik dan pujian bersifat objektif dan berdasarkan fakta-fakta .
e. Pemimpin ikut berpartisipasi dalam kegiatan sebagai anggota biasa .
f. Mengutamakan kerjasama .
3. Tipe Campuran
a. Kebebasan diberikan sepenuhnya kepada kelompok atau perseorangan di dalam pengambilan kebijaksanaan maupun keputusan .
b. Pemimpin tidak terlibat dalam musyawarah kerja .
c. Kerjasama antara anggota tanpa campur tangan pemimpin .
d. Tidak ada kritik, pujian atau usaha mengatur kegiatan pemimpin .
Ajaran-ajaran tradisionil di jawa menggambarkan tugas seorang pemimpin, melalui pepatah :
Ing ngarso sung tulada artinya dimuka memberi tauladan
Ing madya mangun karsa artinya ditengah-tengah membangun semangat
Tut wuri handayani artinya dari belakang memberi pengaruh
Sedangkan dalam kepemimpinan TNI syarat minimal yang harus dimiliki pemimpin ialah :
a. Watak yang baik ( karakter, budi, moral ).
b. Intelegensia yang tinggi.
c. Kesiapan lahir dan batin.

C. Pengertian Kepercayaan
Kepercayaan dapat timbul sebagai hasil hubungan lansung antara dua orang atau lebih yang bersifat asosiatif. Misalnya, B sebagai orang yang dikuasai mengadakan hubungan langsung dengan A sebagai pemegang kekuasaan. B percaya sepenuhnya kepada A kalau A selalu bertindak dan berlaku baik. Dengan demikian, setiap keinginan A akan selalu dilaksanakan oleh B. Kemungkinan sekali bahwa B sama sekali tidak mengetahui kegunaan tindakan-tindakannya itu. Akan tetapi, karena dia telah menaruh kepercayaan kepada si A, dia akan berbuat hal-hal sesuai kemauan si A yang merupakan penguasa agar A semakin memercayai B.
Kepercayaan ini dapat merupakan unsur yang sangat penting untuk bertahannya suatu kekuasaan. Seseorang mau bertindak atau diperintah orang lain, karena orang tersebut percaya bahwa penguasa tersebut akan membawanya kearah tujuan yang baik. Kepercayaan ini disamping dapat timbul antara orang satu dengan orang lainnya, dapat juga meluas dan berkembang didalam suatu organisasi atau masyarakat luas .


BAB III
PEMBAHASAN

A. Dampak Yang Terjadi Bila Berkurangnya Kepercayaan Masyarakat Terhadap Kepemimpinan Akibat Pola Tingkah Pemimpin Yang Egoistis
Berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan karena pola tingkah yang egoistis secara umum akan menimbulkan suatu suasana yang tidak kondusif. Banyak dari pemimpin hanya berkepentingan untuk memperkaya diri dan keluarganya. Bahkan dalam mengungkapkan kualitas pemimpin itu dengan berbagai gelar yang dipublikasikan terkandung egoisme untuk memperkuat basis kepemimpinannya.
Jika para pemimpin lebih sibuk dengan dirinya sendiri maka rakyat atau massa pengikutnya hanya sekedar obyek yang akan menderita di kemudian hari apabila terjadi sesuatu kepada para pemimpinnya. Dengan demikian akan timbullah rasa tidak kepedulian masyarakat terhadap pemimpin yang berakibat ketidak lancaran dan keterbatasan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sebagai contoh dalam memilih pemimpin, masih ada masyarakat yang tidak menggunakan hak pilihnya karena ketidak pedulian mereka terhadap kepemimpinan tersebut.
Hal ini akan memberi peluang terbentuknya suatu kepemimpinan yang otoriter yang memiliki sifat :
1. Semua kebijaksanaan ditentukan oleh pemimpin.
2. Organisasi dianggap milik pribadi pemimpin.
3. Segala tugas dan pelaksanaannya ditentukan oleh pemimpin .
4. Kurang ada partisipasi dari bawahan.
5. Tidak menerima kritik, saran dan pendapat bawahan .
Disini mencerminkan bahwa adanya konsep kepemimpinan sebagai seorang pelaku yang harus memainkan suatu karakter. Bila terjadi krisis atau situasi gawat, demi menyelamatkan pertunjukan dia harus memliki atribut-atribut tertentu. Goffman ( 1959 : 212 ) mengidentifikasikan tiga kategori atribut dan praktek yang dipakai untuk melindungi si pelaku dari berbagai kesulitan :
1. Langkah bertahan yang diambil oleh si pelaku untuk menjamin kelangsungan pertunjukannya
2. Langkah pencegahan yang diambil oleh penonton dan pihak lain untuk membantu si pelaku untuk menjamin kelangsunagn pertunjukannya
3. Langkah-langkah yang harus diambil si pelaku untuk memungkinkan para penonton dan pihak lain untuk mengambil langkah-langkah pencegahan demi kepentingan si pelaku sendiri
Dengan terbentuknya konsep-konsep tersebut, terjadilah suatu keadaan yang tidak seimbang, dimana pemimpin dengan leluasanya menerapkan keegoisannya, sedangkan masyarakat menanggung akibatnya.disinilah awal terjadinya pemberontakan-pemberontakan yang menghancurkan kesatuan yang ada. Karena pemimpin yang hanya mementingkan kepentingannya sendiri, masyarakat ( rakyat ) pun menderita.

B. Solusi Mengatasi Krisis Kepercayaan Masyarakat Terhadap Pemimpin Yang Selalu Mengecewakan Karena Pola Tingkahnya Yang Hanya Mementingkan Kepentingannya saja
Dalam mengatasi krisis kepercayaan ini seharusnya baik masyarakat maupun pemimpin berperan aktif, masyarakat harus pandai dan mampu menilai mana pemimpin yang benar-benar tulus ingin mengabdi demi kepentingan bersama, dan mana yang tidak. Dalam hal ini masyarakat harus menyatukan harapannya yang dilatar belakangi oleh masalah kehidupan yang berfokus pada kebutuhan hidup yang bertujuan untuk menciptakan kemakmuran, kebahagiaan dan kebaikan, diharapkan dengan pandangan demikian masyarakat terhindar dari pengaruh-pengaruh yang bersifat ingin mementingkan kepentingan suatu golongan tertentu saja.
Pada pembahasan ini, penulis merumuskan langkah-langkah untuk mengatasi krisis kepercayaan ini, hendaknya :
1. Mengerti fungsi Agama
Dalam hal ini, baik masyarakat maupun para pemimpin harus mengerti pentingnya pengaruh agama dalam perubahan sosial. Masyarakat dan pemimpin yang mengerti agama akan memiliki suatu pandangan yang baik untuk menjalankan kewajiban-kewajiban yang dimiliki atas perannya di dunia.
Menurut durkheim , di segi makro agamapun menjalankan fungsi positif karena memenuhi kebutuhan masyarakat untuk secara berkala menegakkan dan memperkuat perasaan dan ide kolektif yang menjadi ciri dan inti persatuan masyarakat tersebut. selain itu dengan mendalami agama, akan terbentuk sebuah pertanggungjawaban antara seseorang dengan Tuhan Yang Maha Esa terhadap kewajiban dan perannya sebagai pemimpin.
2. Kesadaran Bertanggungjawab
Seseorang mau bertanggungjawab karena ada kesadaran atau keinsyafan atau pengertian atas segala perbuatan dan akibatnya dan atas kepentingan pihak lain. Kesadaran bersumber pada unsur-unsur budaya dalam diri manusia, sehingga manusia mengerti bahwa perbuatan dan akibatnya itu benar tau tidak benar, patut atau tidak patut, baik atau tidak baik. Dengan demikian diharapkan masyarakat maupun pemimpin mengerti akan tanggung jawabnya.
3. Pemimpin Memiliki Sifat-Sifat Yang Didambakan Masyarakat
Pada dasarnya masyarakat membutuhkan pemimpin yang mampu mensejahterakan dan melindungi rakyatnya, mampu menjadi tauladan, membangun semangat, dan memberi pengaruh yang baik bagi pengikutnya. Semua hal itu dipengaruhi oleh watak yang baik yaitu karakter, budi, dan moral.


4. Pemimpin Mempunyai Arah Tujuan Yang Baik
Untuk memulihkan kembali kepercayaan masyarakat, sebaiknya pemimpin memiliki langkah dan tujuan yang jelas dengan mendahulukan kepentingan masyarakat. Sehingga masyarakat merasa nyaman dengan suatu kepemimpinan yang memberikan kepastian akan dibawa kemana arah masyarakat ditentukan.
5. Menepati Janji
Menepati janji merupakan suatu hal yang sangat sulit direalisasikan oleh seorang pemimpin, karena seorang pemimpin yang telah menebar janji-janji pada umumnya lupa akan janji setelah terpilih menjadi seorang pemimpin. Hal inilah yang membuat masyarakat jenuh akan semua angan-angan yang diberikan oleh para pemimpin, maka dari itu sebaiknya para pemimpin tidak melupakan semua yang telah ia sampaikan kepada masyarakat, karena hal itu adalah suatu pertanggung jawaban pemimpin terhadap rakyatnya.
6. Perlunya Saling Pengertian
Sebagai seorang pemimpin, baik itu pejabat negara, menteri, gubernur, bupati/walikota dan para pemimpin lainnya, mereka itu perlu membangun hubungan kemitraan yang lebih harmonis, serta menciptakan adanya suatu kerja sama dan saling pengertian antara pemimpin dengan rakyatnya. Salah satu yang diharapkan muncul dari seorang pemimpin adalah mampu memberikan kesempatan kepada rakyat untuk berbicara dan berani melaporkan keadaan yang sesungguhnya. Pemimpin harus bisa mendengar keluhan yang disampaikan dengan jujur dan tanpa rasa malu serta tidak akan mempermalukan rakyatnya sendiri. Bila rakyat sudah mulai mengeluh, sebagai pimpinan yang baik, mereka harus mampu mendiagnosa secara tepat dan bisa memberikan solusi terbaik untuk mengatasinya.


BAB IV
PENUTUP


Berdasarkan berbagai hal yang telah diuraikan dalam bab-bab terdahulu, maka pada bagian akhir ini, dapat ditarik beberapa hal penting yang menjadi kesimpulan dan saran dari pembahasan ini.

A. Kesimpulan
Keegoistisan seorang pemimpin dalam menjalankan perannya akan menyebabkan berkurangnya kepercayaan masyarakat terhadap kepemimpinan yang berakibat timbulnya suatu suasana yang tidak kondusif. Ditandai dengan timbulnya rasa tidak kepedulian masyarakat terhadap pemimpin yang berakibat ketidak lancaran dan keterbatasan dalam menjalankan kehidupan bermasyarakat. Sehingga memberi peluang munculnya suatu konsep pemerintahan yang otoriter, yang pada akhirnya rakyatlah yang akan menderita.

B. Saran
1. Untuk memperoleh suatu kepercayaan masyarakat, baiknya masyarakat maupun pemimpin berperan aktif, masyarakat harus pandai dan mampu menilai mana pemimpin yang benar-benar tulus ingin mengabdi demi kepentingan bersama, dan mana yang tidak. Sehingga masyarakat tidak kecewa dengan suatu kepemimpinan yang telah dipilih. Sebaliknya pemimpin mampu menjawab kepercayaan masyarakat dengan berusaha memberikan yang terbaik demi tercapainya tujuan bersama.
2. Hendaknya para pemimpin mengerti akan fungsi agama dalam proses sosial, sadar akan tanggung jawab, Memiliki Sifat-Sifat Yang Didambakan Masyarakat, mempunyai arah tujuan yang baik, menepati janji, dan dalam suatu kepemimpinan dituntut adanya saling pengertian antara pemimpin dengan masyarakat.

No comments:

Post a Comment