Wednesday 9 June 2010

LKTI Se-Jawa FILM SIM BEM UNS 2010

Alhamdulillah mampu menjadi 15 Karya Terbaik dalam Perlombaan Tersebut..
28 mei 2010

ANALISIS EFEK DOMINO MODEL PENGEMBANGAN KEARIFAN LOKAL DALAM KEMASAN SOLO BATIK CARNIVAL ( TELAAH PENINGKATAN KREATIVITAS MASYARAKAT SURAKARTA MENYONGSONG PERSAINGAAN GLOBAL )
Disusun Oleh :
Miqdad Azizta Pugara (E0009219)
Winjani Prita Dewi (E0009360)
Intan Permata Putri (E0009168)

PEMBAHASAN

A. Solo Batik Carnival sebagai Sebuah Model Pengembangan Kearifan Lokal yang Berefek Domino
Sesuatu dapat dikatakan model, haruslah sesuai dengan ketentuan model tersebut, dalam hal ini Solo Batik Carnival merupakan suatu kegiatan yang dicanangkan oleh pemeritah kota Surakarta. Dalam pelaksanaannya telah menciptakan suatu komunitas yakni Solo Batik Carnival Community. Model adalah rencana, representasi, atau deskripsi yang menjelaskan suatu objek, sistem, atau konsep, yang seringkali berupa penyederhanaan atau idealisasi. Bentuknya dapat berupa model fisik (maket, bentuk prototipe), model citra (gambar rancangan, citra komputer), atau rumusan matematis (http://id.wikipedia.org/wiki/model). Dalam penulisan ini Solo Batik Carnival dapat di kategorikan sebagai model citra yang secara konseptual, dalam suatu model harus bersifat sistematis, ilmiah, dan memiliki karakter yang kuat sehingga Solo Batik Carnival dapat menjadi acuan dalam pengembangan kearifan lokal.
Dikatakan sistematis adalah segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara utuh, menyeluruh, terpadu, mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut objeknya yang memberikan konsep yang terstruktur dan saling berkaitan (http://id.wikipedia.org/wiki/sistem). Ilmiah merupakan pengetahuan yang terorganisasi, ilmiah dapat diartikan sebagai sesuatu memiliki unsur kebenaran, atau secara empiris dapat dibuktikan kebenarannya. Sehingga dalam prakteknya sebuah karya dapat dikatakan ilmiah seandainya karya tersebut merujuk pada sumber sumber atau kejadian yang valid (http://tigornomics.blog.friendster.com/2008/02/itu-tidak-ilmiah/). Sedangkan adanya karakter yang kuat karena berkaitan dengan apa yang disebut budaya.
Kebudayaan (dalam arti kesenian) adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis, dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca indranya (penglihatan, penghidung, pengecap, perasa, dan pendengar). (Koentjaraningrat,1998)
Solo Batik Carnival sesuai dengan penjelasan mengenai ketentuan model tersebut yakni dikatakan sistematis karena dalam penyelenggaraannya yang dimulai dari latar belakang diadakan kegiatan tersebut hingga menciptakan suatu komunitas berupa Solo Batik Carnival Community hal ini memberikan penjelasan bahwa Solo Batik Carnival secara sistematis memiliki pihak-pihak yang berkecimpung atau berpengaruh didalamnya yakni pemerintah Kota Surakarta selaku penanggung jawab serta fasilitator, Solo Batik Carnival Community sebagai pelaksana dari kegiatan tersebut. Didalam Solo Batik Carnival Community yang beranggotakan lebih dari dua ratus orang juga memiliki susunan kepengurusan yakni:
1. Penasehat : Kepala Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata Kota Surakarta
2. Direktur artistik : Bambang Suryono
3. Koordinator umum : Heru Prasetyo
4. Sekretaris : Reyhan Tanjung
5. Koordinator Workshop : Quintanova Rizki
6. Koordinator Musik : Priyo
(Proposal Solo Batik Carnival 3 Surakarta 23 Juni 2010 yang diperoleh dari Sekretariat SBC Community)
Dalam wawancara kami dengan pihak dinas pariwisata Kota Surakarta, menjelaskan bahwa awal terbentuknya Solo Batik Carnival sebenarnya terinspirasi dari Jember Fasion Festival, ide tersebut berasal dari konseptor Jember Fashion Festival melirik kebudayaan Surakarta yang memiliki corak yang lebih beragam dan kreatif. Rencana tersebut didukung oleh dosen dari Institut Seni Indonesia yang kemudian disetujui oleh pemerintah Kota Surakarta untuk mempromosikan kota Surakarta dan mengembangkan industri kecil khususnya batik dikota Surakarta. Solo Batik Carnival pada akhirnya menjadi event tahunan dari dinas pariwisata Kota Surakarta yang bisa mengantarkan nama kota Surakarta dikancah Internasional. Koreksi dan pembaharuan terus digulirkan hingga Solo Batik Carnival mengalami peningkatan yang signifikan meskipun Solo Batik Carnival sendiri baru memasuki tahun ketiga. Solo Batik Carnival yang pertama mengangkat tema wayang , sedangkan tahun kedua Solo Batik Carnival mengambil tema topeng, di tahun kedua ini Solo Batik Carnival berhasil memperkenalkan Kota Surakarta di kancah internasional. Dalam pelaksanaan tahun kedua telah banyak perombakan dan perbaikan misalnya penyesuaian pakem batik dalam penggunaannya sebagai atasan maupun penggunaan musik pengiring serta tari-tarian yang digunakan. Solo Batik Carnival tahun ketiga yang akan dilaksanakan pada 23 Juni 2010 mengambil tema sekar jagad, pengambilan tema ini dimaksudkan untuk menumbuhkan kecintaan kita akan lingkungan hidup yang sangat kaya akan sumber alam yang beragam. Konsep acara dan seleksi dipikirkan secara matang bahkan panitia dan peserta dari Solo Batik Carnival tersebut telah diberi pelatihan dan workshop sejak bulan April. Dalam pelatihan-pelatihan tersebut para peserta dan panitia diberi ketrampilan make up, pembuatan kostum dan koreografi serta peserta yang akan dikirim keluar negeri diberi pelatihan lebih lanjut mengenai koreografi yang disesuaikan dengan kebudayaan Negara yang akan dikunjungi agar lebih bervariasi. Perhatian dan dukungan pemerintah kota terhadap keberadaan Solo Batik Carnival membuat event ini berkembang pesat. Pemerintah kota menyediakan perizinan untuk tempat dan sarana prasarana lain serta mencarikan sponsor, Sedangkan penyumbang dana utama dari acara ini adalah Solo Center Point. Selain Solo Batik Carnival sendiri pemerintah kota sendiri mengadakan Solo Batik Fashion yang untuk mengembangkan industri kecil batik Surakarta. (Hasil Wawancara dengan ibu Wahyu Kristina bidang Promosi Dinas Pariwisata Pemerintah Kota Surakarta (12/5))
Dengan demikian berdasarkan data-data yang telah disebutkan kegiatan Solo Batik Carnival merupakan kegiatan yang bersifat sistematis. kemudian dari sudut pandang ilmiah Solo Batik Carnival merupakan kegiatan yang menghargai pentingnya ilmu pengetahuan dengan melibatkan kearifan lokal sehingga menciptakan kreatifitas dari suatu seni budaya yang dimiliki masyarakat Surakarta. Selain itu, pemerintah kota dan masyarakat Surakarta bisa menanggapi kegiatan tersebut secara positif, dengan mengandalkan pola pikir dan pengetahuan yang dimiliki, guna mencapai apa yang diinginkan hal ini menjadi sebuah tujuan dari Solo Batik Carnival, seperti tujuan dalam proposal Solo Batik Carnival ketiga yakni :
1. Merespon tahun kreatif dalam langkah nyata bahwa Solo Batik Carnival mampu menjadi Instrument Cultural Marketing Kota Surakarta di tingkat nasional maupun internasional.
2. Meningkatkan citra Kota Surakarta sebagai kota budaya dan peduli pada pelestarian heritage tingkat nasional maupun internasional.
Tujuan tersebut menjelaskan bahwa Solo Batik Carnival mempunyai arah yang jelas sesuai dengan prinsip keilmiahan. Sedangkan mengenai karakter yang dimiliki oleh Solo Batik Carnival yang tidak luput dari peran suatu kebudayaan yang memiliki makna mendasar dalam menghargai kearifan lokal yang menjiwai suatu karakter yang khas dari Kota Surakarta. Kebudayaan tersebut dapat dimanfaatkan dengan baik serta dapat mendorong kuatnya suatu karakter yang dimiliki.

B. Efek Domino Solo Batik Carnival Mampu Menggerakkan Kreativitas Masyarakat Surakarta dalam Menyongsong Persaingan Global
Solo Batik Carnival telah menjadi sebuah ikon Kota Surakarta yang telah berhasil menjadikan batik menjadi suatu identitas, hal ini tidak luput dari upaya-upaya pemerintah Kota Surakarta itu sendiri. Pemerintah Kota Surakarta telah memberikan kesempatan terhadap pihak-pihak yang mempunyai suatu keinginan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki kebudayaan masyarakat Surakarta. Secara tidak langsung, Pemerintah Kota Surakarta dengan diadakannya Solo Batik Carnival berhasil mempromosikan kota Surakarta hingga ke taraf internasional, serta mampu meningkatkan kreativitas masyarakat Surakarta.
Berdasarkan profil yang kami peroleh dari Solo Batik Carnival Community. Solo Batik Carnival adalah sebuah karnaval berbasis masyarakat yang lintas etnik, usia dan profesi dan batik sebagai tema utamanya. Batik merupakan suatu kreativitas yang tak pernah selesai yang memiliki latar belakang sejarah panjang di Indonesia, baik filosofi, desain motif, kreator dan masyarakat pendukungnya. Selain itu Solo Batik Carnival merupakan tafsir baru masyarakat Surakarta dalam menyikapi batik sebagai kerja kreatif masyarakat Surakarta (cipta, mandiri, dan kreatif dengan batik merupakan spirit Solo Batik Carnival). Pada tahun ini Solo Batik Carnival akan diselenggarakan pada 23 Juni 2010, dengan mengangkat tema sekar jagad yang terinspirasi dari lingkungan hidup dan sekaligus memberikan pembelajaran akan kepedulian terhadap alam dan menciptakan sebuah karnaval yang ramah lingkungan, dengan begitu pemanfaatan kearifan lokal mampu berdampak positif di berbagai aspek. Solo Batik Carnival telah menciptakan sebuah komunitas yakni Solo Batik Carnival Community yang telah berhasil mengusung Solo Batik Carnival ketingkat nasional maupun internasional, antara lain : Pembukaan Pekan Olah Raga Provinsi Jawa Tengah ( 2009-Solo ), Festival Enchanting Indonesia ( 2009-Singapura ), Pawai Budaya Nusantara ( 2009-Jakarta ), Jogja Java Carnival di Jogjakarta ( 2009-Jogjakarta ), Pawai Budaya Jawa Tengah ( 2009-Semarang ), Pawai Solo Membatik Dunia ( 2009-Solo ), New Year Celebration ( 2009-Bali ), Asia’s Grandest Street And Floats Parade (Chingay Parade Singapore-2010), Natas Travel Fair ( Singapura-2010 ), Pasar Malam Indonesia, Den Haag ( Belanda-2010 ), Asli Indonesia ( Semarang April 2010 ), Kirab Budaya Pekalongan ( April 2010 ). Kesuksesan Solo Batik Carnival dapat dikatakan karena semangat yang dimiliki masyarakat dan pemerintah kota Surakarta yang mampu memanfaatkan suatu kearifan lokal yang dimiliki kota Surakarta. Bila mengamati apa yang telah dilakukan pemerintah kota Surakarta yang mengadakan kegiatan Solo Batik Carnival sehingga masyarakat mampu menerima dengan antusias, untuk itu dapat kita lihat dari aspek sosiologis serta historis yang mempengaruhinya.
1. Aspek Sosiologis
Kehidupan kebudayaan dalam masyarakat Surakarta masih sangat melekat dalam diri pribadi setiap warga asli Surakarta yang memegang teguh tata karma baik dalam tutur kata maupun tingkah laku yang menjiwai kehidupan bermasyarakat karena warga asli Surakarta pada umumnya adalah etnis jawa yang memiliki kebiasaan – kebiasaan yang berbeda dari etnis lain di Indonesia.
Dr. P. Y. Bowman menyatakan, kelompok atau golongan pada umumnya adalah kesatuan-kesatuan sosial yang dikuasai oleh perasaan persatuan. Perasaan persatuan ini mungkin sifatnya; dalam, tetapi mungkin juga dangkal. Suatu kelompok atau golongan dengan ikatan / perasaan persatuan yang dalam misalnya; masyarakat paguyuban masyarakat dengan ikatan darah dan lain-lain. Sedangkan masyarakat dengan ikatan dengan persatuan yang dangkal, misalnya; hanya bertujuan praktis / organisatoris saja, atau ikatan yang secara kebetulan saja terjadi. (MG. Sri Wiyarti dan Sutapa Mulya Widada, 2007)
Etnis jawa atau yang sering dikenal dengan sebutan wong jawa biasanya memiliki kebiasaan yang cenderung mengutamakan kesopanan sehingga mereka dikenal sebagai pribadi yang tepa slira, lemah lembut, sopan, dan tidak arogan dalam hidup bermasyarakat. Wong jawa selalu mengedepankan kualitas berkomunikasi dalam kehidupan karena mereka masih sangat kental akan paham grapyak semanak. Selain itu pepatah yang masih dianut oleh masyarakat Jawa kebanyakan adalah mangan ora mangan sing penting kumpul, sehingga kepribadian orang Jawa lebih cenderung mementingkan kebersamaan dengan komunitas yang memiliki akar budaya yang sama.
Ajaran wulang reh yang diciptakan oleh Sri Paduka Mangkunegoro IV dari Surakarta antara lain mengajarkan tata hubungan antara para anggota masyarakat Jawa yang berasal dari golongan-golongan yang berbeda, banyak mengandung aspek-aspek sosiologi, terutama dalam bidang hubungan antar golongan (intergroup relations) (Soerjono Soekanto, 2002).
Masyarakat Jawa juga memiliki sifat terbuka dengan kebudayaan dari luar, mereka bisa menerima dan beradaptasi dengan kebudayaan pendatang. Dengan kejelian pemerintah kota dalam memanfaatkan karakter dari masyarakat tersebut kearah hal yang positif dengan menggabungkan budaya yang berasal dari luar dengan kebudayaan lokal yang bisa diangkat untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat tersebut, seperti budaya carnaval, budaya tersebut berasal dari Eropa kemudian disisipi kebudayaan yang memiliki kearifan lokal dan dikemas dengan menarik hingga menjadi suatu pertunjukkan yang mempunyai efek domino bagi peningkatan pariwisata, perdagangan, seni dan sektor riil dalam masyarakat.
Selain itu, Solo Batik Carnival merupakan cara yang atraktif, inovatif, dan kreatif, keterlibatan budaya lokal yang masih mengakar dengan kuat membuat masyarakat di Kota Surakarta sangat menggemari pertunjukkan. Sebab secara historis seni pertunjukkan yang mengangkat unsur-unsur lokal seperti ini sering diadakan dan memberikan efek kebersamaan yang hangat dari masyarakat itu sendiri, misalnya grebeg syawal, grebeg maulud dan lain-lain.
Kornblum menyatakan “ the recurring patterns of behavior that create relationships among individuals and groups within a society “. Bahwa pola prilaku berulang-ulang yang menciptakan hubungan antar individu dan antara kelompok dalam masyarakat. (Kamanto Sunarto, 1998)
Budaya merupakan suatu sarana komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat, dimana memiliki rasa senasib sepenanggungan dan memiliki satu pandangan hidup yang sama serta memiliki satu kebiasaan yang sama dalam hal ini antusiasme masyarakat Surakarta saat menanggapi suatu program pemerintah dalam melestarikan kebudayaan Surakarta.
Solo Batik Carnival dapat dikatakan sebagai program pemerintah yang mengikuti jejak Jember Fashion Festival yang telah lebih dahulu ada. Namun dalam kenyataannya Solo Batik Carnival yang memiliki antusiasme masyarakat dengan adanya ciri khas kearifan lokal dalam event karnaval ini merupakan salah satu faktor pendukung kesuksesan terlaksananya Solo Batik Carnival disamping kematangan rencana dan mekanisme pelaksanaan oleh pemerintah kota Surakarta bersama dengan pelaksana lain yang ikut membantu menyukseskan program branding kota ini.
2. Aspek Historis
Sejarah perkembangan batik di Surakarta merupakan suatu faktor yang sangat penting dalam mempelajari latar belakang yang mendasari Solo Batik Carnival dilaksanakan, dalam hal ini perkembangan batik sangatlah perlu dikaji.
Menurut dugaan dari beberapa ahli sejarah, batik yang berasal dari Indonesia, khususnya di Pulau Jawa, semula berasal dari India. Batik pada awal mulanya di bawa oleh para pedagang India yang kala itu sedang melakukan perdagangan dengan pedagang-pedagang pribumi di pulau Jawa. Dari proses tukar menukar barang dagangan itu, selanjutnya melahirkan informasi pemahaman tentang batik. Lambat laun orang-orang Jawa mulai mengenal batik yang kemudian memodifikasinya, dan mengembangkan dengan menggunakan bahan baku dan bahan penunjang lainnya, sehingga berubah bentuk menjadi kain pakaian yang memiliki ciri-ciri Indonesia. (Dofa Anesia Aryunda, 1996)
Pendapat lain tentang asal mula batik di Indonesia, yaitu dari Prof. RM. Sutjipto Wirjosaputro yang menyatakan bahwa asal mula 46 kebudayaan batik di Indonesia sebelum bertemu dengan kebudayaan India, bangsa Indonesia telah lama mengenal aturan-aturan untuk menyusun syair, mengenal industri logam, teknik untuk membuat kain batik dan sebagainya, dan yang mengembangkan kesenian India di Indonesia adalah bangsa Indonesia. (Susanto SK Sewan, 1975)
Kota Surakarta terletak pada titik yang strategis dari jalur utama perdagangan di Jawa Tengah. Surakarta berada pada 110 45` 15”-110 45` 35” Bujur Timur dan 70` 36-70` 56” Lintang Selatan merupakan pertemuan lintas kota besar Yogyakarta, Semarang, dan Surabaya yang tentunya memiliki kekuatan dagang karena berada dekat pantai. Surakarta merupakan sebuah kota yang tidak terlalu luas tetapi mampu memiliki kekuatan besar dalam hal perdagangan karena Surakarta menyerap kekuatan dagang dari tiga kota yang melingkupinya tersebut sekaligus didukung oleh kota-kota kecil lain di sekitar Surakarta yang disebut Subosukowonosraten ( Surakarta, Boyolali, Sukoharjo, Wonogiri, Sragen, Klaten ) dan dilatarbelakangi oleh sejarah perdangangan pada saat Sarekat Dagang Islam didirikan, yang di latar belakangi oleh:
a. Kompetisi yang meningkat dalam bidang perdagangan batik, terutama terhadap golongan Cina.
b. Sikap superioritas orang-orang Cina terhadap orang-orang Indonesia sehubungan dengan berhasilnya Revolusi Cina (1911).
c. Adanya tekanan oleh masyarakat Indonesia di Surakarta (dari kalangan bangsawan mereka sendiri).
(http://www.swaramuslim.net/galery/sejarah/index.php?page=SPUI-1)
Dengan adanya Revolusi Nasional Cina yang dipelopori oleh dr. Sun Yat Sen pada tanggal 10 Oktober 1911 telah berpengaruh terhadap orang-orang Cina perantauan di Indonesia. Mereka segera mendirikan ikatan-ikatan yang bercorak nasionalis Cina. Kedudukan mereka dibidang ekonomi sangat kuat. Mereka menguasai penjualan bahan-bahan batik. Para pedagang batik pribumi merasa terdesak atau dirugikan. Untuk menghadapi para pedagang Cina itu, pada tahun 1911 para pedagang batik Surakarta dibawah pimpinan H. Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (SDI). Tujuan berdirinya Sarekat Dagang Islam adalah :
a. Memajukan perdagangan.
b. Melawan monopoli pedagang tionghoa, dan
c. Memajukan agama Islam.
(http://media.diknas.go.id/media/document/5161.pdf)
Atas dasar itulah masyarakat pribumi sebagai pedagang batik memiliki semangat juang untuk menghadapi kompetisi yang meningkat dalam bidang perdagangan batik. Solo Batik Carnival ternyata mampu menggerakkan kreativitas masyarakat Surakarta dalam menyongsong persaingan global yang pada dasarnya didasari oleh aspek-aspek yang mempengaruhinya baik secara sosiologis maupun historis dalam kehidupan masyarakat Surakarta.
Kebijakan yang dilakukan Pemerintah Kota Surakarta dengan diadakannya kegiatan tahunan dalam bentuk Solo Batik Carnival sebagai upaya mempromosikan Kota Surakarta dengan mengembangkan dan memanfaatkan kearifan lokal, ternyata dapat memberikan dampak positif diberbagai bidang. Dapat dilihat bahwa Solo Batik Carnival dengan tujuan sebagai prestis global dengan memanfaatkan kearifan lokal, ternyata mampu memberikan efek domino bagi kehidupan masyarakat Surakarta, seperti berpengaruh pada peningkatan kondisi perdagangan yang kemudian mendorong sektor riil, sehingga memacu berbagai seni kreativitas yang memberikan daya tarik dengan kuatnya karakter dalam suatu kebudayaan sehingga mempengaruhi peningkatan Pariwisata di Kota Surakata.

No comments:

Post a Comment